Uneg-Uneg Seputar Belajar dari Rumah Beserta Solusinya
Dua minggu sudah
kegiatan sekolah tahun ajaran baru mulai berlangsung. Ada yang berbeda pastinya
di tahun ini bila dibanding tahun-tahun sebelumnya. Gimana enggak terasa beda,
akibat masih masa pandemi, sebagian besar kegiatan belajar mengajar dilakukan online dari rumah. Lewat timeline di media sosial aku ikut
merasakan ternyata enggak mudah melakukan kegiatan belajar mengajar via online ini. Ada banyak curhatan
uneg-uneg seputar belajar dari rumah di dunia maya.
Memangnya apa
saja sih curhatan seputar masalah kegiatan belajar dari rumah yang ada di dunia
maya ini sih? Ini nih beberapa uneg-uneg belajar dari rumah, sekaligus solusi
yang mungkin bisa mengatasi permasalah seputar belajar di rumah.
1.
Boros kuota
Ini permasalahan
paling banyak seputar belajar dari rumah, boros kuota. Memang yang namanya
belajar dari rumah, terutama yang menharuskan ada kelas online-nya pasti akan membuat kuota lebih cepat habis. Apalagi
kalau anaknya lebih dari satu. Serba salah sih. Belum lagi sinyal
ilang-ilangan. Sebenarnya solusi untuk masalah ini salah satunya bisa dengan
memasang jaringan internet di rumah. Jadi cukup lewat wifi, semua bisa belajar online.
Tapi memang
tidak semua mampu mendapatkan fasilitas ini. Apalagi masalahnya adalah kondisi
keuangan. Mungkin solusi baiknya, cukup belajar via online. Atau beberapa waktu lalu aku sempat melihat di berita
tentang seorang anak yang tetap masuk sekolah seorang diri karena tidak
memiliki handphone untuk belajar dari
rumah.
2.
Anak mudah bosan
Uneg-uneg
berikutnya seputar belajar di rumah adalah anak mudah bosan menatap laptop atau
smartphone. Enggak mudah memang membiasakan diri terus
menerus di depan gadget untuk
belajar. Kadang belajar di kelas aja susah kok untuk bisa fokus 100%, apalagi
secara online gini. Tantangan untuk
menjadi guru kratif di tahun ajaran ini memang terasa semakin berat ya. Mungkin
salah satu yang bisa dilakukan guru yang mengajar secara online adalah dengan berkala melakukan tanya jawab, agar murid bisa
kembali fokus untuk belajar.
3.
Kangen sekolah
Enggak sedikit
anak-anak yang meributkan kangen sekolah. Biar bagaimana pun berinteraksi di
dunia maya tidak sama dengan berinteraksi langsung di dunia nyata. Dari yang
aku lihat di timeline media sosial,
ada yang sampai mogok enggak mau belajar karena merasa kangen. Serba salah ya,
karena memang kondisinya belum memungkinkan untuk sekolah kembali normal.
Untuk kondisi
begini, bisa disiasati dengan sekolah sebagian. Aku lihat beberapa temanku ada
yang anaknya sesekali belajar di sekolah. Waktu aku tanya bagaimana programnya,
rupanya tidak semua murid yang masuk. Mereka masuk bergiliran untuk menjaga jarak. Jam istrirahat pun tetap di
kelas, tidak boleh ada kegiatan di luar kelas. Mungkin ini bisa mulai
diterapkan secara bertahap, sekadar untuk melepas rasa rindu sama teman-teman
dan guru-guru.
4.
Menguras tenaga
Selain boros
kuota, belajar di rumah juga menguras tenaga. Tak jarang aku melihat keluhan
soal waktu belajar yang terasa jadi lebih panjang daripada ketika belajar di
sekolah. Apa sih yang bikin belajar di rumah ini jadi menguras tenaga. Salah
satu alasannya adalah karena setelah mengikuti kelas online, murid-murid masih harus mengerjakan tugas. Pengerjaannya
tak jarang tetap di buku tulis seperti biasanya, yang kemudian harus difoto dan
dikirimkan ke guru. Belum lagi beberapa pelajaran yang meminta tugas dalam
bentuk dokumentasi berupa video. Mungkin ada baiknya untuk soal-soal langsung
ditulis dalam file word, biar lebih
mudah mengirimkan tugasnya, tidak perlu
memoto hasil tulisan tangan.
Itu sih 4
uneg-uneg yang sering aku temui belakangan ini media sosial seputar sekolah di
masa pandemi ini. Memang tampak berat dan tidak mudah, tapi bukan berarti tidak
ada solusi. Peran guru kreatif sangat diperlukan. Begitu juga dengan support
orangtua dalam mendampingi anak-anaknya belajar. Daripada ribut saling tuduh
makan gaji buta, lebih baik saling mendukung.
Aku sih percaya, murid-murid yang mengalami sekolah di masa pandemi ini
nantinya akan tangguh dan sangat kreatif. Gimana menurut kalian?
Anak-anak saya untungnya baru 1x google meet. Selain itu lewat WA saja.
ReplyDeleteBetul itu soal tulisan tangan, anak saya pada males kl disuruh nulis. Sudah gt tulisannya jelek, kasian gurunya.
Barangkali utk bbrp tugas yg bisa dg voice note atau foto/video, lebih baik pakai itu drpd tulisan tangan.
Anak saya kayak sekolah beneran, Senin - Jumat belajar sejak 8-12 secara online di zoom, jadi tiap hari kayak sekolah, ga boleh telat, kudu pakai seragam, ga boleh ninggalin layar selama belajar, nggak boleh disambi makan atau minum.
ReplyDeleteSetelah itu ada tugas yang kudu dikumpulin di google classroom, hari Sabtu zoom lagi buat ngaji.
Satu-satunya keluhan saya sih, boros kuotaaaa hahahaha.
Kalau mengenai hal lainnya, saya rasa belajar online seperti itu udah memadai banget di masa seperti ini :)
dimasa pandemi kayak gini, selain bosan juga muncul banyak lagi tantangan salah satunya sekolah online. Bagi para orang tua dan tulisan ini mewakili uneg-unegnya. semoga semua lekas membaik . . . .
ReplyDeletewaa iya yaaa, selama pandemic ini siswa dan siswi diwajibkan belajar jarak jauh dari rumah, katanya orang tua juga emang harus turut serta mendampingi yaa, semoga pandemic ini bisa segera berlalu huhuhu amiiin
ReplyDeleteIya rata2 keluhannya sama semuaa. Tapi masih bisa diatasi kalo akutu, berhubung anak sudah besar, jadinya sante, sekolah seperti biasa pagi ampe siang google meet, palingan tinggal nyiapin amunisi buat perutnya aja hahaha.
ReplyDeleteYang terpenting wifi di rumah kenceng, kk olip malahan seneng di rumah ga mau sekolah. Semoga tetep dikuatkan mamak2nya yang punya anak sekolahan yang masih SD, dan anak2 pun diberikan kesabaran yaaa..
Kalau yang permasalah WiFi, kabarnya ada provider yang memungkinkan untuk patungan. Beberapa teman saya udah mencoba. Jadi patungan dengan tetangga biar biaya langganannya lebih murah.
ReplyDeleteTetapi, ini juga kayaknya harus dengan tetangga yang udah kompak dan sama-sama percaya, ya. Kalau enggak, nanti bisa jadi masalah ma tetangga hehehe.
Saya pribadi belum punya pengalaman begini. Pakai WiFi untuk konsumsi sendiri.
Untuk anak SD memang butuh keikutsertaan orang tua secara penuh dalam hal pembelajarannya ya. Anak-anak masih butuh bimbingan dan ini juga cukup membuat orang tua agak kesulitan.
ReplyDeleteAlhamdulillah anak saya sudah besar, jadi tinggal mengawasinya saja. Dia sudah familiar dengan sistem online.
aku juga berharap ada tatap muka dengan jumlah dan jam terbatas, karena kelihatannya lebih ngefek. 2x seminggu pun gpp
ReplyDeleteMemang banyak uneg2 tentang BDR ini ya..mungkin masing2 kelg bahkan punya cerita uniknya sendiri..hehe..
ReplyDeleteSemoga setelah terbiasa penyesuaian bisa dilakukan dg baik.
Setuju mba Mara, segala sesuatunya emang kaya 2 sisi uang logam, pasti ada positif dan negatifnya. Moga Corona segera berlalu dan kehidupan bisa balik normal lagi:). Salam kenal juga ya mba, aku Kiky, blogger Pontianak^^
ReplyDeleteDuh, covid-19 ini beneran cobaan untuk hidup kita semua.
ReplyDeleteStay setrooongg, anak2, bu guru, ibu2 bapak2 walimurid!
Semuanyaaaaa stay happy and healthy yak
I feel too, kewalahaaaannn sama bocil belajar di rumah. Tapi bismillah aja, mungkin ini memang yang terbaik selama masa pandemi ini. semangat, mbaaaakkkkkk.
ReplyDeleteIya memang beberapa hal di atas bikin pusing bgt.
ReplyDeleteTp aku dapat saran dari temen kalo ngajar yg asik. Jd mereka ga berasa lagi belajar.
Aku bisa nerapin kalo pas ga lagi banyak kerjaan(a.k.a lagi selow banget).
Kalo gini jadi guru lasti pusing banget ya ��
Betul semua uneg-unegnya nih. Saya pun merasakan. Butuh kreativitas tingkat tinggi agar pembelajaran daring bisa berlangsung langgeng dan menyenangkan.
ReplyDeleteKal;au akunya lagi santai sih gak masalah, nah kalo sama lagi ada kerjaan nih yg susah, soalnya anakku g kedua harus diingetin dulu buat isi daftar hadir dll selama PJJ
ReplyDeleteKalau saya mendampingi belajarnya sambil kerja jadi kadang bukannya kerja malah telponan, VC-an sama anak. Ya gimana dia banyak nggak fahamnya. Sejauh ini bisa saya atasi tapi kemudian muncul perasaan kasihan lihat anak di rumah terus. Bahkan mainpun tidak ada kawan sebaya di lingkungan perumahan.
ReplyDeleteGurunya adalah kita para orang tua emang kudu kreatif dalam pembelajaran daring ini ya mbak.
ReplyDeleteKalau anak2 sih biasanya mudnya dibangun dengan pgi2 kita cerita kalau bisa disangkutin sama yang dipeajarinya hari itu. Syukur kalau di YT ada jg cerita yg berhubungan dengan pembelajarannya bia jg diajak nonton dulu biasanya. Kalau buat refreshing ya paling ke minimarket aja itu pun cuma bentar ngajaknya biar anak gak stres aja
Setuju Mar. Emang butuh solusi nih kayaknya nggak sekadar anak ikutan kelas online aja terus dikasih tugas gitu. Ortunya juga ngos-ngosan nih ngikutinnya.
ReplyDeleteNyaaa~
ReplyDeletebener banget, kak...
Anak-anakku ini jam-jam pagi masih semangat. Semakin siang semakin melorot.
Huhuu...harus ada satpamnya yang patroli.
Semoga pandemi segera berlalu ya Mar, aku juga ngeliatnya luar biasa perjuangan adek-adek untuk belajar didampingi orangtua yang punya segudang aktivitas dan juga perjuangan guru untuk terus mendidik sekalipun kita sendang diuji.
ReplyDeleteaku juga sempat tuh mba menerima kartun yang di atas. Memang tantangannya lumayan terasa ya tapi kita harus bisa lalui tantangan ini
ReplyDelete